yazeira batik collection

Sabtu, 02 Oktober 2010

Goncangan keluarga Rasulullah dengan Aisyah

Salah satu peristiwa yang sempat menjadi problematika rumah tangga Rasulullah adalah rumor yang menimpa Aisyah.
Ummul Mu'minin nan cerdas dan belia ini tertimpa fitnah, dituding berselingkuh dengan pria lain. Masalah ini merupakan masalah yang paling mengguncang rumah tangga Rasulullah saw, karena melibatkan sejumlah orang, dan menjadi santapan orang- orang yang membenci Islam dan Rasulullah saw. Imam Bukhari dan muslim meriwayatkan dengan lengkap kejadian tersebut.

Dalam riwayat asy- syaikhani, diriwayatkan bagaimana Aisyah r.a. yang tertinggal oleh rombongan Rasulullah saw dan pasukan muslim, ditemukan oleh Shafwan bin Mu'aththal r.a.. Saat itu, Shafwan memang bertugas berjalan di belakang pasukan. Ketika melihat Ummul Mu'minin r.a., Shafwan terkejut, "Inna lillaahi wainnaa ilaihi raaji'uun! Istri Rasulullah saw.?"
Aisyah menuturkan bahwa ia segera terbangun, kemudian menutupkan jilbab pada dirinya. "Demi Allah, kami tidak bercakap- cakap sepatah katapun dan aku tidak mendengar ucapan darinya kecuali Inna lillaahi wainnaa\ilaihi raaji'uun," tutur Aisyah. Kemudian Shafwan merendahkan untanya dan Aisyah menaiki unta tersebut. Shafwanpun menuntun untanya, sedangkan Aisyah berada di atas unta. Akhirnya, keduanya bertemu dengan rombongan Rasulullah saw. di Nahri ad-Dhahirah. Di sinilah fitnah mulai tersebar. Berita keji itu keluar dari mulut Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh munafik di Madinah.

Setibanya di Madinah, kesehatan Aisyah memburuk. Keadaan itu berangsur sampai sebulan. Sepanjang itu pula desas desus beredar di Madinah. Aisyah tidak mengetahui hal itu. Namun demikian, ia merasakan Rasulullah saw tidak bersikap lembut seperti biasanya jika ia sakit. Sampai pada suatu malam, Ummu Masthah, salah seorang kerabatnya, menceritakan hal itu kepada Aisyah. Akibatnya, Aisyah pun bertambah sakit dan ia menangis terus hingga pagi menjelang.

Imam Bukhari dan muslim juga merekamkan kegalauan yang dialami Rasulullah saw., sehingga beliau meminta pendapat para sahabat r.a., Atas saran seorang sahabat, beliau menanyakan ihwal Aisyah pada pelayan keluarganya yang bernama Barirah.
Barirah pun mengatakan bahwa Aisyah adalah seorang wanita yang baik-baik. Kemudian, Nabi s.a.w berdiri diatas mimbar dan berkata,
"wahai kaum muslimin! siapa yang akan membelaku dari seorang lelaki yang telah menyakiti keluargaku? Demi Allah, aku tidak mengetahui dari keluargaku kecuali yang baik. Sesungguhnya mereka telah menyebutkan seorang lelaki yang aku tidak mengenal lelaki itu kecuali sebagai orang yang baik.
Sa'ad bin Mu'adz lalu berdiri seraya berkata, "Aku yang akan membelamu dari orang itu, wahai Rasulullah! Jika dia dari suku Aus, kami siap memenggal lehernya. Jika dia dari suku kami, Khazraj, perintahkanlah, kami pasti akan melakukannya." Kemudian, timbullah keributan di masjid sampai Rasulullah saw. meredakan mereka.

Aisyah menceritakan bahwa sejak tersiar berita bohong itu, Rasulullah saw. tidak pernah duduk disisinya. Selama sebulan, beliau tidak mendapatkan wahyu tentang persoalan ini dan Aisyah.
Kemudian, Rasulullah saw. mendatangi rumah Abu Bakar ash- Shiddiq. Beliau duduk, lalu membaca puji syukur ke hadirat Allah swt, seraya berkata, " Hai Aisyah, aku telah mendengar mengenai apa yang dibicarakan orang mengenai dirimu. Jika engkau tidak bersalah, Allah swt., pasti akan membebaskan dirimu. Jika engkau telah melakukan dosa, mintalah ampunan kepada Allah dan tobatlah kepada-Nya."
Seusai Rasulullah mengucapkan itu, tambah bercucuranlah air mata Aisyah. Kemudian ia berkata kepada ayahnya, "berilah jawaban kepada Rasulullah mengenai diriku." Abu Bakar menjawab, "Demi Allah, aku tidak tahu bagaimana aku harus menjawab." Lalu Aisyah pun berkata kepada ibunya. Ibunya pun menjawab, "Demi Allah, aku tidak tahu bagaimana harus menjawab."
Kemudian, Aisyah berkata, "Demi Allah, sesungguhnya kalian telah mendengar hal itu, sehingga kalian telah membenarkannya. Jika aku mengakuinya, Allah Maha Mengetahui aku tidak bersalah, pasti kalian akan membenarkanku. Demi Allah, aku tidak menemukan perumpamaan untuk diriku dan kalian kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh Ayahanda Nabi Yusuf a.s.,'...kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (Yusuf: 18) Kemudian, Aisyah pindah dan berbaring di atas tempat tidurnya.

Namun, tak lama setelah pertemuan tersebut, Allah swt., menurunkan wahyu kepada Rasulullah saw.. Beliau tampak lemah lunglai, keringatnya bercucuran karena beratnya wahyu yang diturunkan kepadanya. Kemudian keringat beliau mulai berkurang, lalu Rasulullah saw., pun tersenyum. Ucapan pertama kali yang ia ungkapkan ialah, "Bergembiralah, wahai Aisyah! Sesungguhnya, Allah telah membebaskanmu." Kemudian, ibunda Aisyah pun berkata, "Berdirilah dan berterima kasihlah kepadanya." Aisyah menjawab, "Tidak! Demi Allah, aku tidak akan berdiri (berterima kasih) kepadanya (Nabi saw.) dan aku tidak akan memuji kecuali kepada Allah. Karena Dialah yang menurunkan pembebasanku."

Kemudian Allah menurunkan firman-Nya,
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira kalau berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap- tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. ... sampai dengan ayat 21." (an-Nuur: 11-21)

Aisyah melanjutkan bahwasanya sebelum peristiwa ini, Abu Bakar ash-Shidiq membiayai Masthah karena kekerabatan dan kemiskinannya.
Tetapi setelah itu, beliau memutuskan untuk tidak lagi membiayainya karena ucapannya kepada Aisyah. Tetapi, Allah swt., kemudian menurunkan firman-Nya,
"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (an-Nuur:22)
Lalu, Abu Bakar berkata, "Demi Allah, sungguh aku ingin mendapatkan ampunan Allah." Beliau pun kembali membiayai Masthah.

Kemudian, Rasulullah saw. keluar menemui kaum muslimin, berkhotbah kepada mereka dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan mengenai masalah ini. Selanjutnya, beliau memerintahkan supaya dijatuhkan hadd (dera) kepada tiga orang; Masthah bin Ummu Utsatsah, Hassan bin Tsabit, dan Hamnah binti Jahsy, karena menyebarkan berita bohong.
Di kutip dari buku Bukan Pernikahan Cinderella; Iwan Januar

Subhanallah, pelajaran besar bagi kita semua sebagai manusia biasa di jaman sekarang ini yang bahkan menganggap sah-sah saja pertemuan antara laki-laki dan perempuan bukan muhrim baik disaat kerja (sebagai alasan yang dipakai pada umumnya untuk bertemu) maupun di luar jam kerja. Yang pada akhirnya akan menimbulkan kecemburuan sang istri, yang selalu di ingkari oleh suami atau sebaliknya dengan alasan- alasan tersebut pada umumnya. Kecemburuan tersebut tidak bisa dikatakan salah ataupun benar. Pada intinya, alangkah baiknya kita menghindari fitnah yang mungkin akan terjadi, dan sekalian menjaga perasaan pasangan kita. Begitu indah bila dalam keluarga tumbuh rasa saling pengertian.

Dedicated to papah... kututup dengan sebuah do'a ; Rabbana hablana min azwajina wadzurriyyatina qurrata a'yunin waj'alna lil muttaqiina imaama " Ya Tuhan kami, karuniakanlah pada kami dari istri-istri kami dan anak cucu kami sebagai penyejuk hati kami dan jadikanlah diri kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa.

Kamis, 30 September 2010

The Great Women 2

Khalilurrahman (Ibrahim) pernah menyuruh putra laki- lakinya untuk menceraikan istrinya...?

Keluarga Ismail mengawinkannya dengan salah seorang wanita dari kalangan mereka, kemudian ibunya Ismail meninggal.
Datanglah Ibrahim ke Mekah setelah Ismail menikah untuk memeriksa apa yang ditinggalkannya. Akan tetapi, dia tidak menjumpai Ismail, maka diapun menanyakannya kepada istrinya. Dia menjawab, "Dia keluar mencari nafkah untuk kami." Kemudian dia bertanya tentang kehidupan dan keadaan mereka. Maka dia menjawab, "Kami dalam kondisi buruk. Kami dalam kesempitan dan kesulitan." Kemudian dia mulai mengadu kepadanya. Maka Ibrahim berpesan, "Jika suamimu datang, sampaikanlah salam padanya dan katakan padanya untuk mengganti palang pintunya."
Ketika Ismail datang, seakan- akan dia merasakan sesuatu. Dia bertanya, "Apakah seseorang mendatangimu?" Dia menjawab, "Ya, orang tua begini dan begitu telah mendatangiku. Kemudian dia bertanya tentangmu maka aku pun memeberinya kabar. Dia juga bertanya bagaimana kehidupan kita maka aku memberitahunya bahwa kita dalam keadaan sulit dan susah." Ismail bertanya, "Apakah ia memberi wasiat kepadamu?" Dia menjawab, "Ya, dia menyuruh menyampaikan salam kepadamu, dan dia berpesan, 'Gantilah palang pintumu!" Ismail berkata, "Itu adalah ayahku. Dia memerintahkan aku untuk menceraikanmu. Karena itu, temuilah keluargamu!"
Dia pun menceraikannya lalu menikahi wanita lain dari golongan mereka. Ibrahim tinggal jauh dari mereka menurut kehendak Allah. Setelah itu dia datang lagi, tetapi dia tidak mendapati Ismail, maka diapun menemui istrinya dan menanyakan Ismail kepadanya. Dia menjawab, "Dia keluar mencari nafkah untuk kami." Ibrahim bertanya, "Bagaimana kalian?" Dia menyakan tentang kehidupan dan kondisi mereka. Dia menjawab, "Kami dalam keadaan baik dan dalam kondisi lapang."
Dia juga memuji Allah. Ibrahim bertanya, "Apa makanan kalian?" Dia menjawab, "Daging." Dia bertanya, "Dan apa minuman kalian?" Dia menjawab, "Air." Maka Ibrahim mendoakan mereka, "Ya Allah, berkahilah mereka pada daging dan airnya."
Nabi saw. bersabda, "Pada hari itu mereka tidak mempunyai biji- bijian. Seandainya mereka mempunyainya maka dia akan mendoakannya untuk mereka."
Ibnu Abbas berkata, "Di kota lain selain Mekah, setiap orang pasti memiliki keduanya (daging dan air), hanya saja keduanya tidak mendapatinya."
Ibrahim berkata, "Jika suamimu tiba, sampaikan salam kepadanya dan suruhlah dia untuk menetapkan palang pintunya." Maka ketika Ismail tiba, dia bertanya, "Apakah seseorang mendatangimu?>" Dia menjawab, "Ya, seorang tua yang bagus kelakuannya telah mendatangiku, dia pun memujinya. Kemudian dia bertanya tentangmu maka aku pun memberitahunya. Dia bertanya tentang kehidupan kita maka aku memberitahunya bahwa kita dalam keadaan baik." Ismail bertanya, "Apakah ia mewasiatkan sesuatu kepadamu?" Dia menjawab, "Ya, dia menyampaikan salam kepadamu dan menyuruhmu untuk menetapkan palang pintumu." Dia berkata, "Itu adalah ayahku dan kamulah palang pintu. Ia menyuruhku untuk mempertahankanmu."

The Great Women

Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq

adalah belahan jiwa Rasulullah saw di dunia dan di akhirat kelak. Ia adalah tokoh yang sulit dicari bandingannya. Ia lebih memahami hadits lebih dari istri- istri nabi yang lain.
Cinta Rasulullah kepada Aisyah lebih besar dibandingkan kepada istri-istrinya yang lain.
Rasulullah bersabda, "Wahai Ummu Salamah! Jangan menyakitiku dengan menyakiti Aisyah. Demi Allah, tidak pernah ada wahyu Allah yang diturunkan kepadaku sementara aku berada satu selimut dengan salah satu dari kalian, kecuali dengan Aisyah."

Aisyah adalah salah seorang mujtahid yang dikenal dalam sejarah Islam. Sosok wanita dengan pemahaman tajam akan ajaran-ajaran fundamental agama (Ushuluddin) dan ilmu-ilmu Al-Qur'an.
Atha' ibnu Abi Rabah berkata, "Aisyah adalah sosok wanita yang paling mengerti masalah agama dan paling brilian pendapatnya dibandingkan orang lain."
"Seandainya semua ilmu manusia dan ilmu istri-istri Nabi digabungkan, niscaya ilmu Aisyah lebih luas daripada ilmu mereka," komentar az-Zuhri.
Az-Zuhri melanjutkan, "Andaikata ilmu Aisyah digabungkan dengan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu Aisyah lebih utama dari pada ilmu mereka." (diriwayatkan oleh Thabrani, dan perawi-parawinya tsiqat (kuat)."
Urwah ibnu Zubair berkata, "Aku tidak melihat seorangpun yang lebih pandai tentang ilmu fiqih, kedokteran, dan syair melebihi Aisyah."
Abu Umar ibnu Abdul Barr menyebutkan, "Aisyah adalah satu-satunya wanita pada masanya yang menguasai tiga disiplin ilmu, yaitu fiqih, kedokteran, dan sastra." 
(kutipan dari The Great Women- Mengapa Wanita Harus Merasa Tidak Lebih Mulia, Muhammad Ali al-Allawi)