Salah satu peristiwa yang sempat menjadi problematika rumah tangga Rasulullah adalah rumor yang menimpa Aisyah.Ummul Mu'minin nan cerdas dan belia ini tertimpa fitnah, dituding berselingkuh dengan pria lain. Masalah ini merupakan masalah yang paling mengguncang rumah tangga Rasulullah saw, karena melibatkan sejumlah orang, dan menjadi santapan orang- orang yang membenci Islam dan Rasulullah saw. Imam Bukhari dan muslim meriwayatkan dengan lengkap kejadian tersebut.
Dalam riwayat asy- syaikhani, diriwayatkan bagaimana Aisyah r.a. yang tertinggal oleh rombongan Rasulullah saw dan pasukan muslim, ditemukan oleh Shafwan bin Mu'aththal r.a.. Saat itu, Shafwan memang bertugas berjalan di belakang pasukan. Ketika melihat Ummul Mu'minin r.a., Shafwan terkejut, "Inna lillaahi wainnaa ilaihi raaji'uun! Istri Rasulullah saw.?"
Aisyah menuturkan bahwa ia segera terbangun, kemudian menutupkan jilbab pada dirinya. "Demi Allah, kami tidak bercakap- cakap sepatah katapun dan aku tidak mendengar ucapan darinya kecuali Inna lillaahi wainnaa\ilaihi raaji'uun," tutur Aisyah. Kemudian Shafwan merendahkan untanya dan Aisyah menaiki unta tersebut. Shafwanpun menuntun untanya, sedangkan Aisyah berada di atas unta. Akhirnya, keduanya bertemu dengan rombongan Rasulullah saw. di Nahri ad-Dhahirah. Di sinilah fitnah mulai tersebar. Berita keji itu keluar dari mulut Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh munafik di Madinah.
Setibanya di Madinah, kesehatan Aisyah memburuk. Keadaan itu berangsur sampai sebulan. Sepanjang itu pula desas desus beredar di Madinah. Aisyah tidak mengetahui hal itu. Namun demikian, ia merasakan Rasulullah saw tidak bersikap lembut seperti biasanya jika ia sakit. Sampai pada suatu malam, Ummu Masthah, salah seorang kerabatnya, menceritakan hal itu kepada Aisyah. Akibatnya, Aisyah pun bertambah sakit dan ia menangis terus hingga pagi menjelang.
Imam Bukhari dan muslim juga merekamkan kegalauan yang dialami Rasulullah saw., sehingga beliau meminta pendapat para sahabat r.a., Atas saran seorang sahabat, beliau menanyakan ihwal Aisyah pada pelayan keluarganya yang bernama Barirah.
Barirah pun mengatakan bahwa Aisyah adalah seorang wanita yang baik-baik. Kemudian, Nabi s.a.w berdiri diatas mimbar dan berkata,
"wahai kaum muslimin! siapa yang akan membelaku dari seorang lelaki yang telah menyakiti keluargaku? Demi Allah, aku tidak mengetahui dari keluargaku kecuali yang baik. Sesungguhnya mereka telah menyebutkan seorang lelaki yang aku tidak mengenal lelaki itu kecuali sebagai orang yang baik.
Sa'ad bin Mu'adz lalu berdiri seraya berkata, "Aku yang akan membelamu dari orang itu, wahai Rasulullah! Jika dia dari suku Aus, kami siap memenggal lehernya. Jika dia dari suku kami, Khazraj, perintahkanlah, kami pasti akan melakukannya." Kemudian, timbullah keributan di masjid sampai Rasulullah saw. meredakan mereka.
Aisyah menceritakan bahwa sejak tersiar berita bohong itu, Rasulullah saw. tidak pernah duduk disisinya. Selama sebulan, beliau tidak mendapatkan wahyu tentang persoalan ini dan Aisyah.
Kemudian, Rasulullah saw. mendatangi rumah Abu Bakar ash- Shiddiq. Beliau duduk, lalu membaca puji syukur ke hadirat Allah swt, seraya berkata, " Hai Aisyah, aku telah mendengar mengenai apa yang dibicarakan orang mengenai dirimu. Jika engkau tidak bersalah, Allah swt., pasti akan membebaskan dirimu. Jika engkau telah melakukan dosa, mintalah ampunan kepada Allah dan tobatlah kepada-Nya."
Seusai Rasulullah mengucapkan itu, tambah bercucuranlah air mata Aisyah. Kemudian ia berkata kepada ayahnya, "berilah jawaban kepada Rasulullah mengenai diriku." Abu Bakar menjawab, "Demi Allah, aku tidak tahu bagaimana aku harus menjawab." Lalu Aisyah pun berkata kepada ibunya. Ibunya pun menjawab, "Demi Allah, aku tidak tahu bagaimana harus menjawab."
Kemudian, Aisyah berkata, "Demi Allah, sesungguhnya kalian telah mendengar hal itu, sehingga kalian telah membenarkannya. Jika aku mengakuinya, Allah Maha Mengetahui aku tidak bersalah, pasti kalian akan membenarkanku. Demi Allah, aku tidak menemukan perumpamaan untuk diriku dan kalian kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh Ayahanda Nabi Yusuf a.s.,'...kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (Yusuf: 18) Kemudian, Aisyah pindah dan berbaring di atas tempat tidurnya.
Namun, tak lama setelah pertemuan tersebut, Allah swt., menurunkan wahyu kepada Rasulullah saw.. Beliau tampak lemah lunglai, keringatnya bercucuran karena beratnya wahyu yang diturunkan kepadanya. Kemudian keringat beliau mulai berkurang, lalu Rasulullah saw., pun tersenyum. Ucapan pertama kali yang ia ungkapkan ialah, "Bergembiralah, wahai Aisyah! Sesungguhnya, Allah telah membebaskanmu." Kemudian, ibunda Aisyah pun berkata, "Berdirilah dan berterima kasihlah kepadanya." Aisyah menjawab, "Tidak! Demi Allah, aku tidak akan berdiri (berterima kasih) kepadanya (Nabi saw.) dan aku tidak akan memuji kecuali kepada Allah. Karena Dialah yang menurunkan pembebasanku."
Kemudian Allah menurunkan firman-Nya,
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira kalau berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap- tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. ... sampai dengan ayat 21." (an-Nuur: 11-21)
Aisyah melanjutkan bahwasanya sebelum peristiwa ini, Abu Bakar ash-Shidiq membiayai Masthah karena kekerabatan dan kemiskinannya.
Tetapi setelah itu, beliau memutuskan untuk tidak lagi membiayainya karena ucapannya kepada Aisyah. Tetapi, Allah swt., kemudian menurunkan firman-Nya,
"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (an-Nuur:22)
Lalu, Abu Bakar berkata, "Demi Allah, sungguh aku ingin mendapatkan ampunan Allah." Beliau pun kembali membiayai Masthah.
Kemudian, Rasulullah saw. keluar menemui kaum muslimin, berkhotbah kepada mereka dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan mengenai masalah ini. Selanjutnya, beliau memerintahkan supaya dijatuhkan hadd (dera) kepada tiga orang; Masthah bin Ummu Utsatsah, Hassan bin Tsabit, dan Hamnah binti Jahsy, karena menyebarkan berita bohong.
Di kutip dari buku Bukan Pernikahan Cinderella; Iwan Januar
Subhanallah, pelajaran besar bagi kita semua sebagai manusia biasa di jaman sekarang ini yang bahkan menganggap sah-sah saja pertemuan antara laki-laki dan perempuan bukan muhrim baik disaat kerja (sebagai alasan yang dipakai pada umumnya untuk bertemu) maupun di luar jam kerja. Yang pada akhirnya akan menimbulkan kecemburuan sang istri, yang selalu di ingkari oleh suami atau sebaliknya dengan alasan- alasan tersebut pada umumnya. Kecemburuan tersebut tidak bisa dikatakan salah ataupun benar. Pada intinya, alangkah baiknya kita menghindari fitnah yang mungkin akan terjadi, dan sekalian menjaga perasaan pasangan kita. Begitu indah bila dalam keluarga tumbuh rasa saling pengertian.
Dedicated to papah... kututup dengan sebuah do'a ; Rabbana hablana min azwajina wadzurriyyatina qurrata a'yunin waj'alna lil muttaqiina imaama " Ya Tuhan kami, karuniakanlah pada kami dari istri-istri kami dan anak cucu kami sebagai penyejuk hati kami dan jadikanlah diri kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertaqwa.